Tuesday 27 September 2016

Urgensi Loyalitas dalam Organisasi

Loyalitas merupakan atau memang seharusnya menjadi kata yang lekat ditelinga para mahasiswa khususnya bagi mereka yang mengikuti  organisasi kemahasiswaan dsb. Menjalani kehidupan di dalam organisasi  tak jarang telinga kita “bertegur sapa” dengan kata “Loyalitas” tapi tak jarang pula kita heran dengan ironi sikap para organisator yang dalam tindakannya seolah masih bingung mengenai loyalitas.

Pandangan Sujanto Farlin dan Pieter L. Hehahia (2002),  kata loyal erat kaitannya dengan kesetiaan dan kepatuhan terhadap sesuatu, entah dan terserah apa yang anda pikirkan mengenai sesuatunya itu. Loyalitas bisa jadi merupakan kemampuan seseorang  mempertahankan kesetiaan dan kepatuhannya terhadap sesuatu, sebut saja contohnya kepada organisasi. Loyalitas dari sudut pandang organisasi setidaknya mencakup tekad para komponen organisasi tersebut baik dari anggota, pengurus atau bahkan alumni untuk terus setia dan memberikan tekad berkontribusi, berkorban untuk kemajuan organisasi yang mereka ikuti. Mengapa kesetiaan lebih  didahulukan daripada kepatuhan ? ya.. karena seseorang yang memiliki kesetiaan (dalam hal ini kepada organisasi) bersedia memberikan tempat dihatinya untuk sesuatu yang ia perjuangkan dan menjadi tanggung jawabnya pula. Bukan hanya memenuhinya tetapi memikirkan manfaat apa yang mampu diberikan dari tanggung jawab yang diemban kepada organisasi. Kemudian barulah kepatuhan organisasi terhadap aturan main di organisasi dipenuhi. Seseorang yang memiliki kesetiaan akan selalu berusaha berpikir positif dan konstruktif dalam menyikapi  kekurangan organisasinya dan akhirnya tetap teguh menjaga nama baik organisasi dengan tidak sembarang mengumbar kekurangan organisasi kepada pihak lain karena “sadar” menjelekkan organisasi sama saja menjelekkan dirinya dan membebani hatinya. Seseorang yang hanya patuh tanpa kesetiaan belum cukup dikatakan loyal karena kepatuhan bisa saja timbul dari paksaan yang akhirnya menjadi beban emotional  seseorang tersebut dan bias jadi seseorang yang patuh tidak “sadar” untuk apa ia patuh. Lebih menarik lagi, dalam kajian mingguan KOPMA IAIN Syekh Nurjati, dalam diskusi sempat muncul pandangan yang menambahkan bahwa loyalitas  bukan hanya mengenai  kesetiaan maupun kontribusi tetapi  kerelaan berkorban dan keberanian mendahulukan kepentingan bersama. Dari situlah maka loyalitas haruslah dimiliki para angota/ para organisator umumnya. Selaku mahasiswa aktifis/ para organisator sudah barang tentu mesti mewujudkan loyalitas dalam sikap bersedia total mengikuti  setiap kegiatan dari organisasi yang diikuti, selalu berjuang dan berusaha memberikan “peran” positif kepada organisasi yang diikuti “tanpa banyak alasan atau pembelaan dengan kepentingan pribadi”  diatas kepentingan bersama serta tanpa terlalu berpikir pragmatis. Loyalitas memegang peran penting dalam keberlangsungan hidup suatu organisasi. Namun loyalitas saja tidak cukup bila tanpa kualitas. Loyalitas tanpa kualitas akan terkikis dan akhirnya akan menghilang.

Oleh : Muh. Yusuf Ayubi (Kabid PSDA KOPMA 2016) 

1 comment: